Welcome to Heri Purnomo Blogspot

Kamis, 12 November 2009

Renungan

Memahami hakekat uang / kekayaan

Uang / kekayaan itu penting, tetapi bukan yang terpenting.
Apa yang bisa dibeli dengan uang?

Ranjang tetapi bukan tidur,
Buku tetapi bukan pengetahuan,
Makanan tetapi bukan selera,
Perias wajah tetapi bukan kecantikan,
Bangunan tetapi bukan rumah,
Obat tetapi bukan kesehatan,
Kemewahan tetapi bukan kebahagiaan,
Agama tetapi bukan keselamatan.
Jangan katakan ini punyamu dan ini punyaku.
Katakanlah ini datang padamu, datang padaku,
sehingga tidak perlu menyesali cahaya yang pudar,
dari semua yang berkilau yang akan lenyap.

Keinginan untuk belajar akan meningkatkan pengetahuan,
Pengetahuan meningkatkan kebijaksanaan.
Dengan kebijaksanaan, tujuan dapat diketahui,
Mengetahui tujuan akan membawa kebahagiaan.

Sussusa Sutavaddhani
Sutam Paññaya Vaddhanam
Paññaya Attam Jānāti
Nāto Attho Sukhavaho
(Thera Gathā 141)

artikel Dhamma 2

JANGAN TERLENA
Oleh: Heri Purnomo

Semua yang terbentuk tidak kekal, bila dengan bijaksana orang melihatnya
Maka dukkha tidak akan ada lagi, inilah jalan untuk mencapai kesucian.
(Sabbe sankhārā aniccā’ti yadā paññāya passaati atha nibbindati dukkhe esa maggo visuddhiyā)
(Tilakkhaņādigāthā)

Pendahuluan

Melihat kehidupan didalam dunia sekarang ini, banyak kita temukan persoalan-persoalan dan masalah-masalah yang sering timbul oleh karena kita sendiri. Sering sekali kita tidak menyadari akan hal itu, apalagi diera perkembangan dan majunya tekhnologi yang boleh dibilang serba canggih. Yang kesemuanya itu tidak memandang bulu, mulai dari kelas ekonomi sampai kelas eksekutif. Sesuatu yang buruk dapat disulap menjadi sesuatu yang elok nan indah, bahkan suara yang sumbang bisa dirubah menjadi merdu.

Rabu, 11 November 2009

artikel Dhamma 1

PERUSAHAAN KEBAJIKAN

Oleh : Heri Purnomo
Semoga berkat gaya-gaya pancaran para Buddha,Gaya-gaya pancaran para Pacceka Buddha
Dan gaya-gaya pancaran Arahat,‘ku mendapatkan perlindungan sekokoh mungkin

Sabbe Buddha balappattā,Paccekānañca ya bala,Arahantānañca tejena
rakkha vandhāmi sabbaso
(Dukkhappattādigāthā)

Pendahuluan


Kita hidup, bekerja, dan bermimpi, terkadang kita tertawa, terkadang kita menangis. Terkadang kita merasakan kebahagiaan, namun terkadang juga kita merasakan kesedihan, demikianlah waktu berlalu. Setiap orang pasti memiliki keinginan agar hidupnya selalu bahagia dan dapat mengisi hari-harinya dengan penuh keceriaan. Dalam keluarga, pekerjaan, maupun didalam persahabatan dan dalam lingkungan yang lebih luas. Bagi kita manusia yang hidup di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi, dan sebagai masyarakat yang bersosial. Tentunya kesemuanya itu tidak hanya berlandaskan kepentingan pribadi saja, tetapi hendaknya di imbangi dengan kebersamaan dan saling pengertian agar terwujud suatu komunitas masyarakat yang harmonis. Dimana individunya saling mengisi, memberi, tolong menolong, dan selalu menumbuh kembangkan rasa kekeluargaan. Seperti yang disabdakan oleh Sang Buddha:
             “Sebuah keluarga adalah tempat dimana pikiran bergabung dan kesentuhan satu dengan yang lain. Bila pikiran-pikiran saling mencintai satu dengan yang lain, rumah itu akan seindah taman bunga yang asri, namun bila pikiran-pikiran itu tidak harmonis satu dengan yang lain, keadaannya bagaikan topan badai yang memporak-porandakan isi taman itu” (Anguttara Nikaya III;30).

Pengantar

Namo Sanghyang Adi Buddhaya
Namo Buddhaya

Salam Sejahtera

Selamat bergabung dengan saya dalam blogspot yang akan membahas mengenai indahnya Dhamma dalam kehidupan kita ini. Kemajuan iptek dapat kita manfaatkan untuk berbagi dan menyebarkan Dhamma melalui sarana yang kita gunakan sekarang ini.

Selamat bergabung dan menelaah kebenarannya….


Bandar Lampung, November 2009





           Blogger







Jika seseorang menghargai hidupnya sendiri,
Ia harus menjaganya dengan baik-baik dan hidup dengan lurus
Dan oleh karena itu maka ia harus menghargai dan menghormati
Hidup orang lain seperti  hidupnya sendiri
(Samyutta Nikaya I; 75)